Dampak tsunami Jepang diperkirakan juga banyak berimbas pada nilai ekspor perikanan Indonesia. Gempa dan tsunami yang mengguncang Jepang membawa pengaruh terhadap ekspor udang dari Sidoarjo. Pasca Tsunami, permintaan import udang dari Jepang mengalami pengurangan.
Kata H Ali Ridlo, salah satu pengepul udang asal Sidoarjo, dalam sebulan biasanya permintaannya antara tiga sampai lima ton. "Pasca tsunami, pihak perusahaan di Jepang minta untuk jatahnya dikurangi," ujarnya Rabu (16/3/2011).
Dia menambahkan, beberapa perusahaan Jepang selama ini langsung mengambil udang ke Sidoarjo. Seperti PT SK Food, PT Matsumaya dan beberapa perusahaan lainnya. Kebanyakan dari mereka mengambil udang budidaya organic yang dikembangkan oleh petambak Sidoarjo.
Iwan Hamzah, salah satu petambak Sidoarjo lainnya menyatakan, udang-udang milik petambak biasanya langsung diambil oleh perusahaan Jepang melalui salah satu pengepul di Sidoarjo yang selama ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan Jepang.
"Pengusaha Jepang, selama ini berminat untuk mengambil udang yang dibudidayakan secara organic dari pada non organic yang menggunakan bahan-bahan kimia," tandasnya.
Dia juga memaklumi ada penurunan permintaan, karena di Jepang sejumlah pabrik juga tersapu tsunami. Ucap dia, udang yang biasa diekspor ke Jepang jenisnya udang windu, meski ada udang jenis lain, seperti vaname. Namun, permintaan terbesar adalah udang windu organik.
"Sebenarnya, selama ini permintaan udang windu organic cukup besar, namun petambak Sidoarjo belum bisa mencukupi karena belum semua petambak menerapkan budidaya udang organic," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan ESDM, Maksum menyatakan, dampak pasca Tsunami di Jepang, ekspor udang dari Sidoarjo sejauh ini belum ada permintaan penurunan. Tapi belum tahu beberapa hari kedepan. "Sampai sekarang penurunan permintaan, belum signifikan," terang dia.
Dia menambahkan, beberapa perusahaan Jepang selama ini langsung mengambil udang ke Sidoarjo. Seperti PT SK Food, PT Matsumaya dan beberapa perusahaan lainnya. Kebanyakan dari mereka mengambil udang budidaya organic yang dikembangkan oleh petambak Sidoarjo.
Iwan Hamzah, salah satu petambak Sidoarjo lainnya menyatakan, udang-udang milik petambak biasanya langsung diambil oleh perusahaan Jepang melalui salah satu pengepul di Sidoarjo yang selama ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan Jepang.
"Pengusaha Jepang, selama ini berminat untuk mengambil udang yang dibudidayakan secara organic dari pada non organic yang menggunakan bahan-bahan kimia," tandasnya.
Dia juga memaklumi ada penurunan permintaan, karena di Jepang sejumlah pabrik juga tersapu tsunami. Ucap dia, udang yang biasa diekspor ke Jepang jenisnya udang windu, meski ada udang jenis lain, seperti vaname. Namun, permintaan terbesar adalah udang windu organik.
"Sebenarnya, selama ini permintaan udang windu organic cukup besar, namun petambak Sidoarjo belum bisa mencukupi karena belum semua petambak menerapkan budidaya udang organic," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan ESDM, Maksum menyatakan, dampak pasca Tsunami di Jepang, ekspor udang dari Sidoarjo sejauh ini belum ada permintaan penurunan. Tapi belum tahu beberapa hari kedepan. "Sampai sekarang penurunan permintaan, belum signifikan," terang dia.